Diposkan pada #30DWC, Oneshoot, Romance, Tantangan Menulis

Kisahku, Kisahmu, dan Kisah Kita

Tema: Api

.

Langit masih diliputi mendung, mentari masih malu-malu untuk menampakkan dirinya. Tiba-tiba kau hadir menawarkan sebuah pengharapan. Harapan yang telah aku nanti dan impikan. Kau bagikan tawa seolah kau satu-satunya sumber bahagia. Kau cerahkan hati dan hariku, mengalahkan mentari yang enggan menyinari.

.

Waktu berlalu begitu singkat, seakan mengenalmu hanya sekejap mata. Kau bagikan begitu banyak kisah milikmu, kuimbangi dengan kisahku, dan lantas kita lalui hari-hari untuk ciptakan kisah kita. Kau meletupkan api asmara di dalam jiwa, begitu berkobar-kobar sampai luka pun tetap terasa bahagia. Api cinta ini begitu membutakan sampai lupa segalanya.

.

“Aku mencintaimu,” ungkapmu sambil tersipu.

.

Kau tawarkan rasa yang lebih menggoda, melangitkan aku dengan jutaan harapan, dan membawaku terbang dalam angan penuh pesona. Kau ajak aku mendaki bukit mimpi indah, menjadikan aku berada di balik awan, merasa jadi manusia paling bahagia di dunia.

.

Begitu banyak kau ukirkan tawa, begitu banyak kau hadirkan bahagia, seolah hidup ini hanya soal suka saja. Namun, siapa sangka kau tiba-tiba membawa belati, menancapkannya ke dalam diri, menimbulkan perih di dalam hati. Api asmara ini jadi tak terkendali, berbalik mengkhianati. Tak ada lagi kehangatan atasnya, yang tersisa hanyalah perih sampai ke sumsum tulang. Kau jatuhkan aku ke jurang penuh duri dari awang-awang yang membumbung tinggi. Kau torehkan luka semudah kau bagikan canda.

.

“Aku sudah tak mencintaimu lagi. Hubungan kita sudah berakhir,” ujarmu tanpa beban sembari memeluk pinggang seorang wanita.

.

Bukan hanya api cinta yang membakar bagai bumerang, kini api cemburu pun ikut mengambil alih, membakar diri sampai ke dalam nadi. Mungkin wajahku telah memerah, bibirku bergetar menahan tangis, dan jemariku terkepal erat ingin menghantam pipi mulusmu.

.

Tanpa kata aku membalikkan badan, melangkah dengan kecepatan tak terbayangkan, dan berhenti di tempat sepi pertama yang kutemukan. Nyatanya aku terjebak di toilet wanita, di mana aku dapat melampiaskan amarah dan duka sesuka jiwa. Tetes demi tetes kubiarkan jatuh demi padamkan api yang masih membawa panas. Semua memang telah tak berharga, sekalipun itu kisah kita. Kisah yang diukir di atas namamu dan namaku. Kisah yang diciptakan bersamaan dengan kisah milikku dan milikmu. Kisah yang dulu seolah tak pernah miliki cacat.

.

Kini kau telah pergi, melupakan setiap ingatan penuh tawa. Kau tinggalkan aku bersama api asmara yang masih hangat-hangatnya, menggantinya dengan api cemburu yang berkobar sampai dapat membakar. Kau anggap semua tak berharga, seakan aku hanyalah lalat yang lewat begitu saja.

.

Kisahku, kisahmu, dan kisah kita, segalanya terasa tak berharga bagimu. Namun, bagiku segala kenangan adalah indah, sekalipun menimbulkan bekas parut yang mendalam.

.

#30DWC #30DWCJilid7 #Squad6 #Day28 #TemaApi #BiasakanMenulis

Diposkan pada Tantangan Menulis

Gerimis Pilu

Pipimu basah

Pelupuk matamu bengkak

Kepalamu tertunduk dalam

.

Tak dapat aku menatap wajahmu

Tak bisa aku menghamburkan penghiburan

Menenangkan hati dan jiwamu

Yang tengah gundah nan gelisah

.

Di balik kaca jendela gerimis mengalir tanpa henti

Menebarkan pilu sampai ke sumsum tulang

Merasuk dalam sampai ke dalam nadi

Sepadan dengan kau yang terdiam

.

Bisumu

Diammu

Senyapmu

Dan sepimu

.

Aku berteman gerimis

Mencoba menyelami isi hati

Dari kau yang lebih memilih sepi

Sebagai teman untuk mengobati

.

Kau bermain rintik

Tak peduli pada angin yang berdesir

Sementara aku merapatkan tubuh karena dingin

.

Aku menunggumu bangkit

Dalam hening

Bersama gerimis

Dan kau berteman sepi

.

Sampai kau mau kembali

Pulang dan menemaniku di sini

Tidak lagi saling memunggungi

Tetapi saling membagi hati

.

Kau lemparkan senyuman

Kutangkap bersama tawa

Tak peduli pada gerimis yang pilu di luar sana

Sibuk berceloteh berdua saja

.

Kau

Dan juga aku

Hanya kau

Dan juga aku

Diposkan pada Tantangan Menulis

Lelah dan Lelap

Di sini pada akhirnya aku berhenti

Menunggu bersama lelah seorang diri

Di sini akhirnya aku terduduk

Melamunkan diri yang tengah pilu

.

Kutatap sang langit

Memegahkan malam dengan gelap

Menghiasnya bintang berkelap-kelip

Juga bulan yang selalu pucat

.

Dalam keremangan kuresapkan lelah

Meniupkan semangat perlahan-lahan

Kupejamkan mata demi nikmati senyap

Asalkan tidak sampai diri ini terlelap

.

Satu detik, dua detik

Waktu bergulir begitu cepat

Malam kian larut kini

Dan sudah waktunya aku kembali

.

Sekalipun lelah ini belum cukup terobati

Namun, sang waktu tak akan mau berhenti

Sekalipun penat masih melingkupi diri

Tak dapat aku lakukan lagi selain bangkit

.

Terseret tertatih kaki ini melangkah

Mengupayakan tenaga terakhir

Sampai di tempat peristirahatan

Kurebahkan tubuh ini

.

Tak ada langit bertabur bintang di pelupuk mata

Hanya ada lampu kuning menemani

Juga genting berwarna kelam

Lebih suka menyendiri

.

Namun, secepat matahari terbit

Secepat itu pula lelap menghampiri

Berharap lelah berganti kala pagi

Bukannya makin penat dan suntuk hati

.

Gresik, 26 Juli 2017

Rizcha Mawadah

Diposkan pada #30DWC, Puisi, Romance, Tantangan Menulis

Lelah dan Lelap

Di sini pada akhirnya aku berhenti

Menunggu bersama lelah seorang diri

Di sini akhirnya aku terduduk

Melamunkan diri yang tengah pilu

.

Kutatap sang langit

Memegahkan malam dengan gelap

Menghiasnya bintang berkelap-kelip

Juga bulan yang selalu pucat

.

Dalam keremangan kuresapkan lelah

Meniupkan semangat perlahan-lahan

Kupejamkan mata demi nikmati senyap

Asalkan tidak sampai diri ini terlelap

.

Satu detik, dua detik

Waktu bergulir begitu cepat

Malam kian larut kini

Dan sudah waktunya aku kembali

.

Sekalipun lelah ini belum cukup terobati

Namun, sang waktu tak akan mau berhenti

Sekalipun penat masih melingkupi diri

Tak dapat aku lakukan lagi selain bangkit

.

Terseret tertatih kaki ini melangkah

Mengupayakan tenaga terakhir

Sampai di tempat peristirahatan

Kurebahkan tubuh ini

.

Tak ada langit bertabur bintang di pelupuk mata

Hanya ada lampu kuning menemani

Juga genting berwarna kelam

Lebih suka menyendiri

.

Namun, secepat matahari terbit

Secepat itu pula lelap menghampiri

Berharap lelah berganti kala pagi

Bukannya makin penat dan suntuk hati

.

Gresik, 26 Juli 2017

Rizcha Mawadah

Diposkan pada #30DWC, Puisi, Romance, Tantangan Menulis

Senyap

Kembali dalam ruang hampa tanpa suara, tanpa cahaya

Kembali dalam ruang kosong tanpa satu pun teman

Terjebak dalam luka yang tanpa sebab

Terjerembab bersama duka yang tak terlihat

.

Hati ini selalu sampai pada tahap yang sama

Entah sudah ke berapa kaki ini terlindas

Oleh keputusasaan yang selalu datang menyergap

Oleh sakit yang tak jua hilang sekalipun aku mencoba menyingkirkan

.

Entah ini lagi-lagi firasat

Atau aku hanya bosan

Bisa saja aku lelah

Lalu berada dalam jengah

.

Tak kutahu mengapa aku begini lagi

Berada dalam fase penuh keanehan

Berada dalam ruang tanpa imaji

Tertatih mencari tangan-tangan pengangkat luka

Diposkan pada #30DWC, Puisi, Romance, Tantangan Menulis

Terperosok Bersama Rindu

Betapa bermain rasa bersamamu begitu indah

Membagi kisah dan rasa penuh cinta

Bahkan bertukar tawa di terik siang

Selalu bahagia dan cerah bagai awan dan biru langit

.

Tak peduli pada sekitar

Kau dan aku selalu penuh canda

Tertawa, terkikik, dan terbahak

Semua dalam segala suasana

.

Bolehkah ini selamanya

Bersamamu membagi peluh bahagia

Bersamamu menabur cinta

Terperosok dalam rindu berdua

.

Terpisah jarak bukan masalah

Asalkan senyummu selalu ada

Untuk menenangkan rindu yang membuncah

Menggantinya dengan tawa penuh bahagia

Diposkan pada Tantangan Menulis

Bagaimana Musik Memengaruhi Mood Menulis

Aku seringkali menulis sembari mendengarkan musik, entah lagu yang dinyanyikan Oppadeul atau hanya sebatas permainan piano seperti saat ini. Biasanya, sekadar mendengarkan nyanyian Oppadeul sudah menimbulkan kenyamanan tersendiri dalam menulis, bahkan jemari seperti menari tanpa perlu diperintah, kecepatan jari begitu luar biasa, setara dengan kecepatan otak dalam berpikir. Namun, diri ini juga pernah dilanda rasa bosan dan jengah setelah mendengar musik yang sama berkali-kali. Itulah yang kali ini sedang aku rasakan.

Lanjutkan membaca “Bagaimana Musik Memengaruhi Mood Menulis”