Langkahku terombang-ambing
Hatiku resah
Kepalaku bersenyut nyeri
Banyak rasa takut menerpa tak terduga
Langkahku terombang-ambing
Hatiku resah
Kepalaku bersenyut nyeri
Banyak rasa takut menerpa tak terduga
Lihatlah aku di sini
Menunggu sendiri berteman sepi
Tengoklah aku barang sedikit
Yang selalu bercumbu dengan sang sunyi
Aku terduduk dengan buku di pangkuan
Aku tenggelam dalam buku dengan rak menjulang sebagai latar belakang
Sementara kau di sana di bawah pohon rindang
Tengah memainkan nada bersama gitar dalam pelukan
Meniti langkah bersama kenangan
Memupuk asa mengejar masa depan
Menggenggam erat jemari
Tak mau kau melangkah sendiri
Kau terbaring lemah di sana, wajahmu pucat, bibirmu bahkan tak memiliki rona lagi. Sekujur tubuhmu dipenuhi banyak kabel yang terhubung ke banyak alat yang ada di samping kanan kiri ranjangmu. Langkahku yang tertatih mendekat menujumu, membuatku mendapati pemandangan yang memilukan. Aku menggigit bibirku demi menahan desakan air mata yang sudah menggelayut di pelupuk mataku. Namun hujan itu jatuh juga, menderas bersama isakan-isakan yang tak mampu kutahan. Kutangkupkan tanganku untuk menutupi wajah yang basah oleh air mata. Ingatan dalam kepalaku memutar kejadian beberapa jam yang lalu.
Mereka satu rumah, masih begitu dekat namun terasa sangat jauh.
Mereka satu rumah, masih begitu dekat namun terasa sangat jauh.
‘Oase’, tempatku pulang, tempatku mengisi energi
Mereka satu rumah, masih begitu dekat namun terasa sangat jauh.
Kau mengejutkanku, pria dengan semua hal favoritku.